Adakah bidadari untuk Irfan?

Bidadari....
Sebenarnya adakah bidadari itu?
Dan seperti apakah wujudnya?
Ah, aku tak tau jika ada pertanyaan seperti itu.

Aku cuma tau kalau di TV banyak pembuat sinetron yang menggambarkan bidadari seperti seorang wanita yang memiliki sayap. Namun, apakah memang bidadari seperti itu? Sekali lagi, ku hanya diam. Tak bisa mengiyakan ataupun menyangkalnya.
Bidadari... dalam benakku bidadari hanyalah ungkapan. Ungkapan untuk seseorang yang sangat anggun. Seseorang yang sungguh pantas untuk dikagumi oleh semua orang. Aku pun berharap semoga suatu saat yang Engkau persiapkan untukku adalah seorang bidadari. Amin...

Aku pernah membaca e-book yang berjudul "Bidadari untuk Ikhwan". Cerita ini adalah kisah seorang ikhwan yang mendapatkan istri dua orang akhwat. Bukan masalah dua akhwat, tapi memang pantas seorang ikhwan yang senantiasa menjaga kelakuannya, menjaga pandangannya dari segala yang tak pantas dipandang, mendapatkan seorang bidadari yakni seorang akhwat yang notabene sama dengan ikhwan yang sama2 menjaga segalanya agar tak keluar dari jalan Allah. Seperti kata Allah dalam ayat sucinya, orang baik memang pasti akan mendapatkan orang baik pula. Demikian pula sebaliknya.

Saat imanku turun, semoga tak ada kesempatan berbuat maksiat

Manusia memang diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepadaNya. Tapi beberapa orang salah mengartikan ibadah dalam hal ini. Beberapa hanya beranggapan yang namanya ibadah dilakukan dengan shalat, tadarus, puasa, pokoknya yang hanya menyangkut dirinya dan Allah sang pencipta alam semesta. Pandangan tersebuat memang tidak sepenuhnya salah. Namun, jangan lupa kita diciptakan berbeda-beda mulai dari perbadaan gender, suku, dan ras untuk saling mengenal. Lebih dari itu kita semua diciptakan untuk saling menolong dalam berbuat kebaikan.

Ibadah yang Allah kehendaki meliputi 2 hal. Pertama ibadah dengan menjaga hubungan kita dengan Allah, biasa disebut Habluminallah. Dan yang kedua adalah Habluminannas, ibadah dengan menjaga hubungan antar sesama makhluk Allah. Memang tidak mudah rasanya kita menjalani 2 macam ibadah tersebut. Terlebih lagi kita dituntut untuk adil dalam menjalankannya. Kita tidak boleh hanya mengutamakan hubungan kita dengan Allah, dan tidak memperdulikan hubungan antar sesama manuisia. Tapi, sulit bukan berarti tidak mungkin terlaksana. Jika kita berusaha semaksimal mungkin, Insyaallah akan terlaksana sebagaimana mestinya. Toh kita memang ditakdirkan sebagai makhluk yang harus berusaha, seperti dalam Al Qur'an telah dijelaskan bahwa tidak mungkin nasib suatu kaum akan berubah jika kaum itu sendiri tidak pernah berusaha mengubahnya..

Kita semua adalah manusia biasa. Tak memiliki sifat maksum seperti nabi dan rasul yang senantiasa Allah tegur jika akan melakukan kesalahan sehingga dapat terhindar dari dosa. Kita pun sering mendengar suatu ungkapan bahwa, "Kesalahan datangnya dari kita manusia, tetapi kesempurnaan hanya milik Allah semata". Kesempurnaan memang hanya milik Allah, dan kita sebagai manusia memang tidak luput dari yang namanya kesalahan. Tapi perlu diingat, ungkapan tentang manusia tidak luput dari kesalahan bukan diartikan kita dengan mudahnya melakukan suatu kesalahan karena kodrat kita yang tak kan mungkin terbebas dari kesalahan. Kita harus meminimalisasi kesalahan yang kita perbuat. Kita semua tau, semua yang kita lakukan di dunia ini sekecil apapun akan mendapat balasan yang sangat setimpal di pengadilan Allah kelak.